Cadangan Batu Bara Relatif Lebih Besar, ESDM: Investasi Proyek DME Sangat Ekonomis
Team Analisis Hilirisasi Batubara Tubuh Riset dan Peningkatan Kementerian ESDM mengatakan jika investasi project Dimethyl Ether (DME) selaku produk subsitusi LPG mempunyai nilai yang paling ekonomis. Ini sebab terkait dengan cadangan batubara Indonesia lebih besar dibanding dengan minyak dan gas bumi. Posisi paling akhir cadangan emas hitam itu terdaftar seputar 38 miliar ton.
Dengan tingkat produksi seputar 600 juta ton, umur cadangan batubara Indonesia diprediksi seputar 63 tahun jika diibaratkan tidak ada penemuan cadangan baru.
"LPG sendiri adalah komoditi energi yang lebih dari 70% masih import. Hingga konsumsinya perlu disubstitusi untuk kurangi desakan pada neraca perdagangan dan tingkatkan ketahanan energi nasional," papar Dadan Kusdiana, Plt. Kepala Tubuh Ltbang Kementerian ESDM di Jakarta (6/12).
Dalam rencana menggerakkan peraturan hilirisasi batubara, aktor usaha yang lakukan kenaikan nilai lebih batubara bisa diberi tindakan spesifik berbentuk pengenaan royalti sebesar 0%. Hal itu, tertera dalam Undang-Undang Nomor 11 tahun 2020 mengenai Cipta Kerja.
Salah satunya project DME yang lagi berjalan dikerjakan oleh konsorsium PT Bukit Asam Tbk (PTBA), Pertamina dan Air Product, dengan kemampuan input batubara 6 juta ton per tahun agar bisa menghasilkankan 1,4 juta ton DME.
Tetapi, di bulan November 2020 lalu ada analisis yang dikerjakan oleh instansi think tank yang mengatakan jika project DME tidak masuk rasio keekonomian dan mengakibatkan rugi tahunan seputar USD377 juta.
Tindak lanjuti analisis itu, Team Analisis Hilirisasi Batubara Balitbang ESDM lakukan riset dan verifikasi di antara analisis instansi think tank dengan Feasibility Study (FS) PT BA, hingga didapatkan jika project DME secara ekonomi pantas digerakkan. Ketidaksamaan hasil analisis sebab ketidaksamaan anggapan data yang dipakai, sistem penghitungan dan alasan multiplier effect dari project.
ayam birma jambul yang bagus dalam bertahan Anggapan harga LPG yang dipakai instansi think tank itu sebesar USD365/ton yang cuman menggambarkan harga keadaan tahun 2020 waktu permintaan energi rendah di periode wabah. Sedang anggapan harga LPG pada FS PT BA seputar USD600/ton menggambarkan harga LPG rerata dalam 10 tahun akhir. Ketidaksamaan itu benar-benar punya pengaruh pada harga jual DME.
Ketidaksamaan yang lain berkaitan anggapan harga batubara dan kemampuan input batubara. Anggapan harga batubara yang dipakai instansi think tank sebesar USD37/ton. Sedang FS PTBA seputar USD21/ton yang disebut harga batubara PTBA kualitas rendah di saat FS dibikin. Berkaitan input batubara ada beda sejumlah 500 ribu ton, di mana FS PTBA lebih efektif.
Sistem penghitungan yang dipakai instansi think tank benar-benar simpel cuman menunjukkan penghitungan setahun dengan anggapan ongkos produksi DME sebesar USD300/ton yang merujuk pada rujukan Plant Lanhua di China.
Sedang PTBA sudah lakukan Feasibility Study mendalam dengan anggapan data (seperti tabel) yang hasilkan keekonomian project dengan Net Present Nilai (NPV) USD350 juta dan Intern Rate of Return (IRR) seputar 11% hingga project ekonomis dan tidak rugi. Disamping itu FS PTBA menimbang imbas ekonomi yang lain.
Kecuali keekonomian project, minimal ada 6 point imbas ekonomi dari hilirisasi batubara untuk DME.
Pertama, DME tingkatkan ketahanan energi nasional dan kurangi keterikatan import LPG. Dengan pemakaian DME, akan mendesak import LPG sampai 1 juta ton LPG per tahun (kemampuan produksi DME 1,4 juta ton per tahun).
Ke-2 , mengirit persediaan devisa sampai Rp 9,7 triliun per tahun dan mengirit Neraca Perdagangan sampai Rp 5,5 triliun per tahun.
Ke-3 , akan menambahkan investasi asing yang masuk di Indonesia sebesar USD2,1 miliar (sejumlah Rp 30 triliun).
Ke-4, pendayagunaan sumberdaya batubara kalori rendah sejumlah 180 juta ton sepanjang 30 tahun usia pabrik.
Ke-5, ada multiplier effect berbentuk faedah langsung yang didapatkan pemerintahan sampai Rp800 miliar per tahun.
Ke enam, pendayagunaan industri nasional yang menyertakan tenaga lokal dengan peresapan jumlah tenaga kerja seputar 10.570 orang pada step konstruksi dan 7.976 orang pada tingkatan operasi.
Disamping itu, dalam memberikan dukungan implikasi substitusi LPG ke DME, Lemigas Balitbang ESDM sudah lakukan eksperimen berkaitan kompor DME.
"Hasil eksperimen kami, memperlihatkan jika efektivitas kompor bertambah dari rerata 61,9% dengan pemakaian LPG, jadi 73,4% jika memakai DME. Hingga kepentingan DME untuk keperluan mengolah berlangsung pengurangan, lebih rendah dibanding keperluan kalori teoritisnya," lebih Dadan.